Dari Lito ke Teduhu: Pengrajin Bonelemo Belajar Anyaman di Nuha


Kunjungan belajar pengrajin lito Desa Bonelemo di Desa Nuha, Luwu Timur, dimulai pada Jumat, 12 Desember 2025

Luwu Timur, Aletheia.id – Pengrajin anyaman berbahan lito dari Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, melakukan kunjungan belajar ke sentra kerajinan teduhu di Desa Nuha, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Jumat, 12 Desember 2025. Rombongan dijemput dan disambut langsung oleh Kepala Desa Nuha, Padaro, di Kantor Desa Nuha.

Dalam sambutannya, Padaro menjelaskan bahwa Desa Nuha dihuni sekitar 200 kepala keluarga atau sekitar 600 jiwa. Desa yang mekar pada era 1990-an itu dikenal memiliki tradisi menganyam secara turun-temurun.

“Kerajinan anyaman teduhu sudah beberapa kali dipamerkan di Jakarta berkat dukungan pelatihan dari pemerintah daerah dan PT Vale. Mudah-mudahan di sini kita bisa saling belajar,” kata Padaro.

Kepala Desa Bonelemo, Baso, S.H., yang akrab disapa Ubas, menyampaikan terima kasih atas penerimaan Pemerintah Desa Nuha beserta jajarannya. Ia mengatakan kunjungan tersebut menjadi bagian dari upaya penguatan kerajinan anyaman di desanya.

“Di Bonelemo kami juga mengembangkan kerajinan sejenis. Bahannya berbeda, kami menggunakan lito, sementara di sini teduhu, teduhu dikampung kami juga ada tapi dengan nama yang berbeda. Kalau dibandingkan, desain di Nuha lebih beragam dan itu yang ingin kami pelajari,” ujar Ubas.

Menurut Ubas, penguatan pengrajin berbasis bahan alam dilakukan dengan prinsip keberlanjutan. Selain bernilai ekonomi, kerajinan anyaman dinilai ramah lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat dibudidayakan dan mudah terurai.

“Kalau dikelola dengan baik, ini bukan hanya soal penghasilan, tapi juga kontribusi terhadap pengurangan penggunaan plastik dan perbaikan lingkungan,” katanya.

Tak hanya mempelajari teknik produksi, pengrajin Lito Bonelemo juga belajar penguatan kelembagaan kelompok. Sejumlah anak dari MTA turut dilibatkan dalam praktik menganyam sebagai bagian dari transfer pengetahuan kepada generasi penerus pengrajin Bonelemo.

Ketua Kelompok Pengrajin Teduhu Desa Nuha, Yulianti, mengatakan keberhasilan kelompoknya tidak lepas dari pelatihan berkelanjutan dan dukungan berbagai pihak. Menurut dia, keterlibatan pemerintah daerah dan PT Vale menjadi faktor penting dalam pengembangan kelompok.

“Kami dilirik karena punya ciri khas dan tradisi menganyam yang kuat. Dukungan dari Dinas Perindustrian Luwu Timur memang besar seperti pelatihan dan dukungan studi banding dari PT Vale, tapi itu kami dapatkan lewat proses inovasi kami lebih dulu,” ujar Yulianti.

Kunjungan belajar tersebut diisi dengan praktik langsung menganyam yang dipandu pengrajin Teduhu. Materi yang dipelajari meliputi teknik pengupasan teduhu, pengambilan dan penghalusan serat, teknik guntingan, penyambungan rangka pola menggunakan rotan, hingga berbagai teknik anyaman.

Produk yang dihasilkan meliputi keranjang, wadah, tas, hingga souvenir dengan ciri khas desain tradisional dan serat alam yang kuat. Dalam kesempatan itu, pengrajin Bonelemo juga membawa bahan baku lito berkualitas premium sebagai bahan pembanding.

Pemilihan Desa Nuha sebagai lokasi kunjungan dilakukan setelah pengrajin Lito Bonelemo melihat hasil pameran produk anyaman teduhu yang dinilai memiliki bentuk dan desain yang beragam serta bernilai jual tinggi.