Aletheia.id – Meski belum ada penetapan resmi dari KPU Kabupaten Luwu dapat dipastikan Pilkada Luwu kali ini dimenangkan pasangan Patahuddin-Dhevy Bijak Pawindu. Pasangan ini memeroleh dukungan yang cukup signifikan.
Dukungan ini menjadi legitimasi kuat dari publik sekaligus menunjukkan bagaimana harapan masyarakat Luwu disandarkan secara kokoh pada keduanya.
Pada posisi itu, kemenangan menjadi ujian. Problem pemerintahan Luwu 5 Tahun belakangan ini terbilang cukup serius. Ancaman banjir tahunan, isu kerusakan lingkungan, reformasi birokrasi, hingga persoalan pertanian menjadi arus utama yang harus dipikirkan serius oleh Pemerintahan baru Patahuddin-Dhevy Bijak Pawindu.
Masa Depan Pertanian Luwu
Konsep Agribisnis yang ditawarkan kedua pasangan ini terbilang cukup menarik. Struktur Pemerintahan di bawah kendali pasangan calon Patahuddin- Dhvey Bijak Pawindu harus mampu menerjamahkan bagaimana konsep agribisnis ini diletakkan secara paripurna, mulai dari sistem agribisnis hulu sampai pada sistem pemasarannya.
Subsitem agribisnis hulu akan bicara terkait pembenihan/pembibitan, pupuk (Organik/Non organik), pakan dan mesin pertanian, sementara sub sistem pengolahan dan pemasaran terhadap hasil usaha pertanian; usaha tani tanaman pangan, usaha ternak, usaha ikan, usaha perkebunan dan holtikultura harus ditopang kuat oleh pemerintah dengan pendekatan pengelolaan produk setengah jadi atau jadi. Misal adanya Indusri gabah, dan tepung beras. Jika Luwu kedepan akan menguatkan sektor perkebunan tanaman kakao idealnya penguatan cara pandang petik olah dan jual dikuatkan oleh pemerintah Daerah.
Sementara intervensi pemerintah dalam subsistem pemasaran menentukan bagaimana perlindungan terhadap daya jual hasil pertanian. Lalu siapa yang akan berperan penting dalam hal-hal seperti ini ? Apakah Perusda Luwu perlu dibangunkan untuk melihat potensi alam di Kabupaten Luwu. Hal ini harus digagas serius oleh Pemerintahan baru Pata-Dhevy.
Tentu saja, peningkatan sumber saya manusia disektor pertanian penting, baik penyuluh dan petani. Misalanya saja, pemerintah bisa mengklasifikasi sektor pertanian dan perkebunan seperti padi, kopi dan kakao, pemerintah menyediakan satu tenaga ahli yang punya kapasitas mumpuni dalam mengembangkan kualitas hasil produksi.
Kita membayangkan, dengan adanya tenaga ahli khusus tersebut, Luwu kedepan punya produk berkualitas premium seperti kopi yang bisa merambah pasar luar negeri. Sementara dibagian pesisir, industri pengolahan ikan dan rumput laut perlu dikembangkan.
Banjir dan Kerusakan Lingkungan
Banjir dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi ancaman nyata terhadap masyarakat Luwu. Mei Tahun 2024 menjadi puncak bencana banjir yang melanda Kabupaten Luwu, setelah tahun-tahun sebelumnya selalu dilanda banjir. Siklus banjir yang terus berulang perlu mendapat penanganan serius dari pemerintahan Pata-Dhevy.
Untuk mengurangi resiko bencana pemerintah daerah Luwu peru Membangun sistem mitigasi bencana. Saat ini ancaman bencana banjir di Luwu terbilang sangat tinggi.
Untuk mengurangi semakin meningkatnya resiko bencana, dalam rumus manajemen bencana; Ancaman X Kerentanan dibagi Kapasitas adalah jalan terbaik mengurangi dampak bencana. Semakin tinggi ancaman serta kerentanan sementara kapasitas rendah, resiko bencana dipastikan semakin besar.
Olehnya itu, mengurangi Laju Deforestasi (Hilangnya Hutan secara permanen), mengurangi sedimentasi sungai serta penegakan hukum terhadap tambang-tambang emas illegal di sepanjang bantaran sungai adalah upaya mengurangi ancaman dari skala banjir yang semakin membahayakan bagi warga Luwu.
Ke depan mitigasi bencana harus segera dilakukan untuk melindungi warga Luwu dari resiko banjir di masa depan.
Politik harapan ada di calon terpilih. Semoga, menimbang publik dalam kebijakan.
(**)