Aletheia.id – Desa Bonelemo di bawah kepemimpinan Baso, S.H terus melakukan inisiatif cerdas dalam pembangunan. Sejak 2020, hingga sekarang 5 rumah warganya dibongkar total dan dibangun kembali menjadi rumah layak huni.
Menurut Ubas, sapaan akrabnya, mendirikan rumah warganya menjadi layak huni harus dimulai dari perspektif bahwa tidak ada orang yang tak memiliki apa – apa, sehingga anggaran perbaikan rumah tidak layak huni tidak sepenuhnya dari anggaran dana Desa.
“Kita asumsikan, tidak ada orang yang tidak memiliki apa apa. Semua orang punya sesuatu yang bisa dimanfaatkan, yang tidak dimiliki oleh warga yang hendak diperbaiki rumahnya itulah yang dibantu sama Desa”, ungkapnya.
Baca juga: Desa Bonelemo Bangun Irigasi Terpadu Wisata
Dalam memperbaiki rumah warga menjadi layak huni, menurutnya Desa melakukan assesment awal untuk menggali kebutuhan mendirikan rumah layak huni.
“Pertama, dalam melakukan assesment jangan menyampaikan bahwa desa akan membangun rumah, tapi yang disampaikan adalah apa yang dia miliki untuk memperbaiki rumah agar layak huni, ini terkait dengan menggali kebutuhan” ungkapnya lebih lanjut.
Baca juga: KPAI : Desa Bonelemo di Luwu Inspirasi Program Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19
“Kedua, hal yang ditanyakan adalah, Kalau kita bangun rumah, apakah ada orang dekat yang memiliki kemampuan membangun rumah. Kepala Dusun bertugas mengkoordinir minimal 10 orang untuk gotong royong membangun rumah”.
Lebih lanjut Ubas menyampaikan harapannya, pola pembangunan seperti itu bisa juga terjadi di Desa desa lainnya di Kabupaten Luwu.
“Seandainya setiap Desa di Kabupaten Luwu melakukan inisiatif seperti ini. Misalnya, dalam setahun disetiap Desa minimal 2 rumah dibenahi, berarti di Luwu dengan jumlah Desa 207 bisa menolong orang yang tidak punya rumah layak huni sebanyak 414 rumah, Jika satu rumah dihuni 3 orang, maka akan ada 1200 orang lebih yang akan bersuka cita, dan akan menjadi energi positif bagi kita semua” tutupnya.